Tiga Pilar Nusa Putra sebagai Pedoman Hidup bagi Genusian
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Halo Teman-teman genusian..
Saya Ananda Putri Pertiwi, Mahasiwi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Nusa Putra. Pada waktu acara mabim hari ke 4 ketika puncak, ada sesi materi untuk kenusaputraan dimana pematerinya adalah Rektor kami, yaitu Dr. H. Kurniawan, ST., M.Si., MM. Beliau menjelaskan kepada seluruh mahasiswa baru mengenai kenusaputraan, yaitu Trilogi Nusa Putra yang merupakan nilai-nilai luhur sekaligus misi dan visi Universitas Nusa Putra yang harus dijunjung tinggi oleh seluruh mahasiswa. Saya mengutip ini melalui https://nusaputra.ac.id/id/tentang/nilai-nilai-luhur/ Teman-teman juga bisa melihat lebih jelas pada link tersebut mengenai Trilogi Nusa Putra. Trilogi Nusa Putra ini berbunyi: 1. Cinta Kasih Tuhan, 2. Cinta Kasih Orang Tua, 3. Cinta Kasih Sesama.
Saya juga menyadari bahwa Trilogi Nusa Putra sangat penting dalam kehidupan sehari-hari kami. Pertama, cinta kasih tuhan adalah cinta yang sempurna, tak terbatas, dan abadi. Cinta ini melampaui segala bentuk cinta manusia dan hadir dalam setiap aspek kehidupan kita. Sejak kecil saya selalu diajarin dan di perkenalkan tentang agama islam oleh kedua orang tua saya, seperti tata cara beribadah kepada Allah swt, selalu bersyukur atas pemberian Allah swt, mengajarkan bagaimana hukum dan syarat yang berlaku dalam islam. Kedua, cinta kasih orang tua adalah bentuk cinta yang tulus dan tanpa syarat. Sejak seorang anak lahir, orang tua mengorbankan waktu, tenaga, dan seringkali kebahagiaan pribadi mereka untuk menjamin kesejahteraan anak mereka. Contoh sikap anak yaitu menghormati orang tua, bisa diwujudkan dengan mendengarkan mereka dengan seksama, berbicara dengan sopan, dan menunjukkan rasa terima kasih atas segala hal yang mereka berikan. Cara kita menghargai orang tua juga berarti membantu mereka saat mereka membutuhkan. Sikap ini tidak hanya mempererat hubungan keluarga, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai penting tentang rasa syukur, kerendahan hati, dan kasih sayang. Ketiga, cinta kasih sesama, adalah dasar dari kehidupan sosial yang harmonis dan damai. Ini melibatkan tindakan saling menghargai, peduli, dan membantu tanpa memandang perbedaan latar belakang, agama, atau budaya. Setiap hari di waktu magrib saya membantu mengajar mengaji anak-anak kecil di lingkungan saya, tepatnya di salah satu pondok pesantren Darun Nizhomiyyah, di sini saya bukan hanya sebatas tempat untuk mengajar, melainkan perjalanan hati yang membawa anak-anak menyulam kasih sayang dan ilmu di tengah-tengah anak-anak yang luas dan penuh harapan. Di dalam ruang yang dipenuhi wajah-wajah kecil yang penuh rasa ingin tahu, saya merasakan begitu dekatnya ikatan batin yang terjalin di antara kami dan anak-anak. Saya melihat mata mereka bersinar penuh semangat, seperti lembaran buku yang siap diisi dengan warna-warni ilmu. Tugas saya bukan hanya menyampaikan pelajaran, melainkan membimbing mereka mengarungi dunia ilmu agama. Setiap kali membuka lembaran Al-Qur'an, kami bisa merasakan getaran kecil keinginan untuk memahami makna-makna yang tersembunyi di dalamnya. Kegigihan mereka mencerminkan semangat belajar yang luar biasa, mengingatkan kita pada nilai-nilai kehidupan yang kadang terlupakan di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern. Kegiatan saya di atas termasuk cinta kasih sesama, karena saya peduli dan sayang terhadap anak-anak kecil agar mereka bisa belajar dan mengaji demi masa depan mereka.
Comments
Post a Comment